Sidoarjo, Getindo.com – Keputusan kecil, kebiasaan sehari-hari, dan tindakan yang kita lakukan setiap hari memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan kita. Orang kaya (sukses) dan orang miskin (tidak sukses) cenderung memiliki kebiasaan serta pola pikir yang berbeda. Masing-masing dari kelompok masyarakat tersebut jika ditelaah memiliki rutinitas, perilaku yang pada akhirnya menentukan tingkat kesuksesan di masa kini dan masa mendatang.
Kebiasaan sehari-hari dan pola pikir si kaya dan si miskin
Konsep kebiasaan dan pola pikir orang kaya dan miskin sebetulnya lebih dari sekadar kesuksesan finansial. Hal itu turut mencakup keadaan kita, respons kita serta keputusan kita dalam menghadapi situasi tertentu dan membantu membuat keputusan penting dalam hidup.
Satu gambaran yang paling mudah dipahami adalah kebiasaan serta pola pikir orang kaya yang cenderung melihat banyak kemungkinan yang tidak disadari oleh tipikal orang miskin. Apa saja contoh-contoh dari perbedaan pola pikir dan kebiasaan orang kaya dan miskin?
1. Kurangnya tujuan dan perencanaan Menetapkan tujuan dan perencanaan adalah landasan dari kesuksesan. Tanpa tujuan dan rencana akan tindakan yang jelas, seolah-olah hidup bagaikan kapal yang berlayar tanpa arah dan tujuan.
Orang yang tidak sukses (miskin) cenderung mengikuti arus dan tidak mengetahui ke mana mereka akan berlabuh.
2. Takut mengambil risiko Mengambil risiko yang diperhitungkan dengan matang seringkali bisa membuka jalan menuju pencapaian yang diharapkan. Namun orang yang punya pola pikir “si miskin” terkadang memiliki rasa takut lebih besar untuk mengambil risiko karena takut kehilangan atau kegagalan. Mereka juga kerap berada di zona nyaman mereka, sehingga peluang pertumbuhan yang potensial pun kabur dari pandangan.
Lain hal dengan pola pikir “si kaya”, mereka bisa memperhitungkan risiko yang akan dihadapi dan mereka juga pandai mengelola rasa takutnya untuk merangkul risiko. Keputusan pengambilan risiko itu mereka jadikan bagian dari perjalanan menuju kesuksesan.
3. Tidak mau belajar Pembelajaran berkelanjutan tentu sangat berkaitan dengan pertumbuhan pribadi dan profesional. Terus belajar akan banyak hal dapat membuat kita beradaptasi, menciptakan pola pikir inovatif dan terbuka terhadap ide-ide baru.
Sedangkan orang yang tidak sukses seringkali menghentikan proses belajarnya setelah menempuh pendidikan formal, sehingga potensi pertumbuhannya jadi terhambat. Padahal faktanya, di dunia ini semua aspek kehidupan perlu dipelajari karena sifatnya lebih dinamis dan konstan.
Pembelajaran seumur hidup menjadi sangat penting untuk tetap relevan dan kompetitif. Dengan menumbuhkan kebiasaan untuk terus mempelajari banyak hal, kita dapat melengkapi diri dengan bekal yang mumpuni untuk meraih kesuksesan.
4. Menyalahkan keadaan Menyalahkan keadaan atas kegagalan atau kemunduran kita adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang yang tidak sukses. Alih-alih belajar dari kegagalan itu, mereka justru menyalahkan keadaan sehingga hal tersebut menghambat pertumbuhan mereka untuk terus berkembang.
Lain hal dengan pola pikir orang sukses, mereka akan merangkul dan mengambil banyak pelajaran untuk tidak melakukan kesalahan yang sama ketika keputusan yang diambil tidak membuatnya berhasil.
5. Disiplin keuangan Disiplin finansial dapat membentuk fondasi untuk meraih kesuksesan dalam banyak hal. Sebaliknya, orang miskin cenderung menjalani kehidupan dengan ketidakstabilan akan kedisiplinan finansial sehingga membuat mereka kewalahan dalam mengelola keuangannya.
Orang yang tidak sukses misalnya, mereka sering jatuh dalam perangkap “kepuasan instan” yang sudah diraih dalam hal finansial. Hal itu membuatnya melakukan kebiasaan belanja impulsif, hingga menumpuk utang.
Sumber: